Alumni Gontor Menerima Tamu Memakai Celana Pendek
Lihatlah Gontor Jangan Sekedar Lihat Alumninya
Oky Rachmatullah - Jika antum (kalian) terkesan melihat HNW (Hidayat Nur Wahid) mantap memimpin sidang MPR, maka itulah HNW bukan totally Gontor, jika antum terkesan sekali dengan fikiran pak Din Syamsudin ya itulah pak Din syamsudin, bukan totally gontor, jika antum melihat tokoh lain, dan mungkin antum kurang berkenan dengan beliau. Ya itulah beliau, bukan pula Gontor totally. Artinya, apapun yang antum lihat dari alumni Gontor, termasuk didalamnya adalah saya, adalah sama sekali bukan representasi Gontor apalagi Gontor total, Gontor adalah Gontor, sebuah institusi pendidikan, bukan diwakili perorangan.
Kenapa saya tegaskan ini?, karena kemarin ada yang japri (jalur pribadi) ke saya, menanyakan bahwa apakah menutup aurat bagi laki-laki adalah sebatas lutut sampai pusar itu adalah ketentuan syariat atau adab saja?, kenapa?, karena beliau pernah berkunjung ke kantor IKPM (Ikatan Keluarga Pondok Modern) cabang untuk menitip paket, ternyata diterima oleh alumni dengan bercelana pendek, beliau terkejut, untung istrinya tidak ikut, saya cuma tersenyum, karena olah raga sepak bola ini seragam resmi di Gontor ya memakai celana pendek tapi selutut lebih sedikit, asal menutup aurat, maka tidak mengapa, itupun kalau pertandingan resmi, kalau cuma latihan ya harus memakai traning panjang, mirip seragam yang dipakai Ahsan/Hendra di bulutangkis, jadi Gontor tidak kehilangan syariatnya, dan tidak hilang kepantasannya.
Saya pribadi, meskipun menyayangkan posisi alumni yang bercelana pendek ketika menerima tamu, tapi harus menyatakan itu adalah alumni, bukan Gontor sebagai institusi, jadi memang tidak mewakili gontor secara resmi. Alumni itu, mau bagaimanapun bentuknya adalah pribadi tersendiri yang punya bakat, kemampuan, dan nafsu pribadi.
Alumni gontor itu macam-macam bentuk dan polahnya, ada yang keluar gontor jadi intelektual, jadi petani, pedagang, da'i, pekerja kantoran, ojek online, bahkan jadi debt collector juga ada, tergantung bakat, minat, kemampuan, dan ketentuan nasib.
Gontor bukanlah pabrik sabun dimana alumninya bisa satu bentuknya, dan wanginya, Gontor cuma memberi kunci, lha mau di "ewer-ewer" kemana kuncinya, dibuat membuka lemari atau malah dibuat ganjel pintu, terserah alumninya.
"Kulliyatul mualimin al-islamiyah (KMI)" secara bahasa artinya persemaian guru-guru Islam, jadi di Gontor bukan membuat bibit jadi pohon, tapi membuat benih tersemai jadi bibit, jadi masih jauh usaha kita sebagai wali santri biar anak kita tumbuh jadi pohon setelah lulus jadi benih, harus kita tanam di tanah yang subur, kita sirami benih itu, kita jaga dari ayam yang mengganggu, kita beri pupuk, kita siram dengan cukup, barulah bibit pohon tadi kita lepas dan biarkan tumbuh menjadi pohon yang kokoh, jadi lulus Gontor bukan tujuan akhir, tapi lulus Gontor adalah tonggak awal bagi putra-putri kita, harus kita siapkan lahan untuk perjuangannya, kita jaga pergaulannya dari kerusakan, masuki motivasi dan doa senantiasa kita berikan, sampai anak kita kelak sanggup berjuang sendiri.
Saya pribadi harus mengakui, ketika usia saya menjelang 40 seperti sekarang, apalagi setelah terkena stroke, di saat seperti inilah kesadaran itu timbul, dimasa seperti inilah ingatan saya mengenai kenangan saya satu persatu dimunculkan oleh Allah dibenak saya, ditambah lagi secara tiba-tiba emosi saya ditarik dan diarahkan ke tangan saya untuk menulis, sehingga muncullah tulisan-tulisan saya seperti yang antum baca sekarang ini.
Dulu, saya juga berkutat dengan kenakalan remaja saya ketika lulus Gontor. Kenakalan remaja?, bisa jadi, karena hampir setiap malam jumat saya "ngulo" (Istilah yang di gunakan rekan-rekan guru Gontor untuk memberi istilah "yahanu" di depan wanita), jadi bukan tiba-tiba bisa nulis seperti ini, saya dulu juga nakal pada awalnya, tapi seiring berjalannya waktu, pola fikir dan perjalanan hidup saya. Saya merasa sangat bersyukur di selamatkan oleh Allah dengan stroke saya ini, Alhamdulillah.
Jadi, jika antum melihat kiprah alumni Gontor diluar, sebagus apapun dia jangan buru-buru memberi kesimpulan berlebihan tentang Gontor, karena yang antum lihat adalah alumni Gontor dan bukan Gontornya.
Demikian juga jika antum menemui Alumni Gontor yang tidak sesuai dengan ekspetasi antum, jangan buru-buru pula memberi gambaran negatif kepada Gontor, siapa tahu dia tengah berproses didalamnya berubah menjadi lebih baik pada suatu masa, ya nggak usah nunggu sakit stroke dulu kaya saya.. He... He....
Sedangkan Gontor?? Biarkan dia tetap menyemai bibit bibit pejuang Islam, entah sampai kapanpun bibit-bibit itu menjadi pohon.
0 Response to "Alumni Gontor Menerima Tamu Memakai Celana Pendek"
Post a Comment