Qori Terlalu Lama Mengambil Nafas Acara di Gontor Dibatalkan
Tuesday, September 1, 2020
Add Comment
Belajar dari kegagalan
By oky rachmatulloh
Suatu hari di Gontor, malam hari itu akan diadakan Lomba Pidato Bahasa Arab yang di panitiai oleh anak-anak 3 intensif dan kelas empat.
Habis maghrib saya lihat, memang persiapan anak-anak sepertinya kurang maksimal. Terlihat dari taman yang belum beres dan tata aturan kursi yg masih berantakan.
Tapi karena anak-anak yakin akan beres setelah Isya', maka saya-pun meyakinkan diri saya sendiri bahwa acara akan berjalan sebagaimana adanya.
Tepat pada Jam Muhadoroh (Latihan Pidato) acara dimulai. Waktu itu yang akan membuka acara itu adalah langsung KH Hasan Abd Sahal selaku pimpinan PM Gontor.
Ketika dibacakan Al-quran, sepertinya Qari' (pembaca Al-quran) terlalu lama mengambil nafas, sehingga Pak Kyai berteriak tegas : "CEPAT..!!" Tidak lama kemudian sang Qari kembali membaca Al-quran, tapi dengan ketukan yang sama dengan sebelumnya.
Pak Kyai yang seorang Hamilul Quran ini segera merespon dengan cepat. Beliau berdiri sambik berteriak :
"Ga Jadi...Ga Jadi...Acaranya batal...Ga jadi...Bubar...Bubar..!!!!"........teriak beliau sambil meninggalkan gedung pertemuan.
Semua orang bertanya-tanya, apa gerangan yang terjadi. Termasuk qari' yang langsung menangis dan minta pulang malam itu juga.
Tentu saja permohonan emosional itu tidak kami setujui. Akhirnya semua pantia dikumpulkan, saya diminta teman-teman untuk bicara dihadapan anak-anak. Saya masih ingat sekali kata-kata saya waktu itu.
Saya ceritakan kisah Pak Kyai Syukri ketika kemisan (perkumpulan guru-guru pada hari kamis) : Suatu kali kelas enam ditunjuk sebagai panitia Apel Tahunan di Lapangan Hijau Gontor.
Ketika pertama kali ditanya oleh Kyai Syukri, Alm KH Imam Zarkasyi (Ayah Kyai Syukri sekaligus pengasuh pesantren waktu itu) menjawab bahwa panggung dibangun di Bagian Utara lapangan.
Agak terkejut Ust Syukri mendengar jawaba dari Ayah beliau, kemudian beliau meyakinkan lagi apa benar panggung akan dibangun di sebelah utara, karena biasanya panggung dibangun di sebelah selatan. Dan Almarhum menyatakan "Iya, disebelah utara..."
Akhirnya Kyai Syukri muda dan kelas enam bahu-membahu membangun panggung di sebelah utara. Sehingga menjelang sore, panggung dan segala "acessorisnya" sudah terpasang. Ketika saat itulah KH Imam Zarkasyi memeriksa kesiapan Apel Tahunan, sekonyong-konyong beliau berkata :
"Panggung di bangun di bagian selatan...di Bagian selatan...bukan di utara..pindahkan...pindahkan....!!!" .
Kyai Syukri muda terkejut tak alang kepalang. Memang, jangan dibayangkan kelengkapan Apel Tahunan seperti sekarang ini, tapi dengan jumlah kelas enam yang cuma 5 kelas, tentu saja mereka harus lembur untuk pindah panggung yang akan dipakai besok paginya.
Akhirnya, dengan sekuat tenaga yang ada, semua kelas enam bekerja sampai larut malam untuk memindahkan panggung, sehingga apel Tahunan bisa terlaksana dengan baik.
Keesokan paginya dengan nada bijaksana, Almarhum KH Imam Zarkasyi menyampaikan, bahwa beliau melakukan itu untuk menguji kekompakan kelas enam, apa mereka bisa menyelesaikan pekerjaan yang dianggap sebagian orang tidak mungkin itu (memindah panggung apel tahunan dalam semalam).
Ternyata mereka bisa melakukannya, ini menunjukkan bahwa dengan semangat juang dan naluri yang tinggi, tidak ada pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan....
Saya sampaikan itu dihadapan anak-anak yang nyaris putus asa karena dibentak Kyai Hasan, acaranya dibatalkan, dan diundur.
Alhamdulillah, anak-anak menyadari hal ini, dan mempersiapkan diri lebih baik lagi pada lomba pidato yang diundur itu.
Pembaca Al-quran pun tidak kami ganti, karena ini adalah proses pembelajaran baginya. Dan yang menggembirakan kami bahwa ternyat KH Hasan Abd Sahal tidak dalam kondisi marah ketika menyatakan pembatalan itu.
Ketika kami menghadap beliau untuk kami undang di acara pembukaan lomba pidato lagi, dengan tersenyum beliau berkata :
"Sudah siap semua?? Taman sudah siap?? Background sudah siap?? Saya cuma tidak mau anak-anak itu menggampangkan acara ini.
Sehingga kesannya main-main. Lomba pidato ini serius, latihan mental dan uji kemampuan untuk bisa pidato dengan bahasa Arab di hadapan teman-temannya. Maka jangan main-main. Seriuslah...."
Kami sampaikan itu kepada anak-anak sebelum acara dimulai. Alhamdulillah acara berjalan dengan lancar.
Sebuah pelajaran berharga kami dapatkan.
Belajar dari kegagalan bukanlah cacat, tapi belajar dari kegagalan adalah hal berharga yang mungkin hanya kami dapatkan ketika nyantri.....Berharga sekali..
By oky rachmatulloh
Suatu hari di Gontor, malam hari itu akan diadakan Lomba Pidato Bahasa Arab yang di panitiai oleh anak-anak 3 intensif dan kelas empat.
Habis maghrib saya lihat, memang persiapan anak-anak sepertinya kurang maksimal. Terlihat dari taman yang belum beres dan tata aturan kursi yg masih berantakan.
Tapi karena anak-anak yakin akan beres setelah Isya', maka saya-pun meyakinkan diri saya sendiri bahwa acara akan berjalan sebagaimana adanya.
Tepat pada Jam Muhadoroh (Latihan Pidato) acara dimulai. Waktu itu yang akan membuka acara itu adalah langsung KH Hasan Abd Sahal selaku pimpinan PM Gontor.
Ketika dibacakan Al-quran, sepertinya Qari' (pembaca Al-quran) terlalu lama mengambil nafas, sehingga Pak Kyai berteriak tegas : "CEPAT..!!" Tidak lama kemudian sang Qari kembali membaca Al-quran, tapi dengan ketukan yang sama dengan sebelumnya.
Pak Kyai yang seorang Hamilul Quran ini segera merespon dengan cepat. Beliau berdiri sambik berteriak :
"Ga Jadi...Ga Jadi...Acaranya batal...Ga jadi...Bubar...Bubar..!!!!"........teriak beliau sambil meninggalkan gedung pertemuan.
Semua orang bertanya-tanya, apa gerangan yang terjadi. Termasuk qari' yang langsung menangis dan minta pulang malam itu juga.
Tentu saja permohonan emosional itu tidak kami setujui. Akhirnya semua pantia dikumpulkan, saya diminta teman-teman untuk bicara dihadapan anak-anak. Saya masih ingat sekali kata-kata saya waktu itu.
Saya ceritakan kisah Pak Kyai Syukri ketika kemisan (perkumpulan guru-guru pada hari kamis) : Suatu kali kelas enam ditunjuk sebagai panitia Apel Tahunan di Lapangan Hijau Gontor.
Ketika pertama kali ditanya oleh Kyai Syukri, Alm KH Imam Zarkasyi (Ayah Kyai Syukri sekaligus pengasuh pesantren waktu itu) menjawab bahwa panggung dibangun di Bagian Utara lapangan.
Agak terkejut Ust Syukri mendengar jawaba dari Ayah beliau, kemudian beliau meyakinkan lagi apa benar panggung akan dibangun di sebelah utara, karena biasanya panggung dibangun di sebelah selatan. Dan Almarhum menyatakan "Iya, disebelah utara..."
Akhirnya Kyai Syukri muda dan kelas enam bahu-membahu membangun panggung di sebelah utara. Sehingga menjelang sore, panggung dan segala "acessorisnya" sudah terpasang. Ketika saat itulah KH Imam Zarkasyi memeriksa kesiapan Apel Tahunan, sekonyong-konyong beliau berkata :
"Panggung di bangun di bagian selatan...di Bagian selatan...bukan di utara..pindahkan...pindahkan....!!!" .
Kyai Syukri muda terkejut tak alang kepalang. Memang, jangan dibayangkan kelengkapan Apel Tahunan seperti sekarang ini, tapi dengan jumlah kelas enam yang cuma 5 kelas, tentu saja mereka harus lembur untuk pindah panggung yang akan dipakai besok paginya.
Akhirnya, dengan sekuat tenaga yang ada, semua kelas enam bekerja sampai larut malam untuk memindahkan panggung, sehingga apel Tahunan bisa terlaksana dengan baik.
Keesokan paginya dengan nada bijaksana, Almarhum KH Imam Zarkasyi menyampaikan, bahwa beliau melakukan itu untuk menguji kekompakan kelas enam, apa mereka bisa menyelesaikan pekerjaan yang dianggap sebagian orang tidak mungkin itu (memindah panggung apel tahunan dalam semalam).
Ternyata mereka bisa melakukannya, ini menunjukkan bahwa dengan semangat juang dan naluri yang tinggi, tidak ada pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan....
Saya sampaikan itu dihadapan anak-anak yang nyaris putus asa karena dibentak Kyai Hasan, acaranya dibatalkan, dan diundur.
Alhamdulillah, anak-anak menyadari hal ini, dan mempersiapkan diri lebih baik lagi pada lomba pidato yang diundur itu.
Pembaca Al-quran pun tidak kami ganti, karena ini adalah proses pembelajaran baginya. Dan yang menggembirakan kami bahwa ternyat KH Hasan Abd Sahal tidak dalam kondisi marah ketika menyatakan pembatalan itu.
Ketika kami menghadap beliau untuk kami undang di acara pembukaan lomba pidato lagi, dengan tersenyum beliau berkata :
"Sudah siap semua?? Taman sudah siap?? Background sudah siap?? Saya cuma tidak mau anak-anak itu menggampangkan acara ini.
Sehingga kesannya main-main. Lomba pidato ini serius, latihan mental dan uji kemampuan untuk bisa pidato dengan bahasa Arab di hadapan teman-temannya. Maka jangan main-main. Seriuslah...."
Kami sampaikan itu kepada anak-anak sebelum acara dimulai. Alhamdulillah acara berjalan dengan lancar.
Sebuah pelajaran berharga kami dapatkan.
Belajar dari kegagalan bukanlah cacat, tapi belajar dari kegagalan adalah hal berharga yang mungkin hanya kami dapatkan ketika nyantri.....Berharga sekali..
0 Response to "Qori Terlalu Lama Mengambil Nafas Acara di Gontor Dibatalkan"
Post a Comment